Selasa, 10 Mei 2016

all about morphology

MORFOLOGI


A. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
B. Morfem
1. Pengertian Morfem
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong  ke dalam satuan gramatik yang paling kecil.
Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut
mem-perbesar
per-besar
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat  mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.
2. Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem ber-. Atau bias dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya,  morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya  konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut  disebut alomorf.
3.  Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem
Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut:
3.1  Prinsip pertama
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
membaca                                        kemanusiaan
Contoh:
baca                                                   ke-an
pembaca                                          kecepatan
bacaan                                              kedutaan
membacakan                                 kedengaran
_
Karena struktur fonologis dan              Satuan tersebut walaupun
maknanya sama, maka satuan               struktur fonologisnya sama,
tersebut merupakan morfem                 bukan merupak morfem
yang sama.                                                     yang sama karena makna gramatikalnya berbeda.
3.2  Prinsip Kedua
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
Contoh:
mem –             :  membawa
meN-
men  –              :  menulis
meny  –            :   menyisir
meng  –            :   menggambar
me-                   :   melempar
Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
3.3  Prinsip Ketiga
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan contoh berikut:
ber-       :  berkarya, bertani, bercabang
bel-        :  belajar, belunjur
be-         :  bekerja, berteriak, beserta
Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.
3.4  Prinsip Keempat
Apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
Misalnya:
  1. Rina membeli sepatu
  2. Rina menulis surat
  3. Rina membaca novel
  4. Rina menggulai ikan
  5. Rina makan pecal
  6. Rina minum susu
Semua kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Lau pada kalimat a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-, sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu ditandai kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.
3.5  Prinsip Kelima
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan fonem yang berbeda.
Contoh:
  1. a.   Jubiar membeli buku
b.  Buku itu sangat mahal
  1. a.   Juniar membaca buku
b.   Juniar makan buku tebu
Satuan buku pada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena maknanya sama. Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem yang sama karena maknanya berbeda.
3.6 Prinsip Keenam
Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil, adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada berlari, ter- dan tinggi pada tertinggi tidak dapat dipisahkan lagiatas satuan-satuan yang lebih kecil. oleh karena itu, ber-, lari, ter, dan tinggi adalah morfem.
4.   Klasifikasi Morfem
4.1  Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Dikatakan morfem bebas karena ia dapat berdiri sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat berdiri sendiri.
Misalnya:
  1. Morfem bebas – “saya”, “buku”, dsb.
  2. Morfem terikat – “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.
4.2 Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental
Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental.
Morfem supra segmental adalah morfem  yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:
  1. bapak wartawan               bapak//wartawan
  2. ibu guru                               ibu//guru
4.3  Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.
Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.
4.4  Morfem Utuh dan Morfem Terbelah
Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.
Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem itu terbelah oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. contoh lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.
4.5  Morfem Monofonemis  dan Morfem Polifonemis
Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi atau morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic.
Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu, sama’.
4.6  Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif
Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. kata-kata yang mengalami afiksasi, seperti yang terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata yang terbentuk dari morfem aditif itu.
  1. mengaji       2.  childhood
berbaju            houses
Morfem replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat morfem penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut} à {fi:t}.
Morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.
C. Proses Morfologis
Proses morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem  yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.
1. Pengafiksan
Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:
  1. Berbaju
  2. Menemukan
  3. Ditemukan
  4. Jawaban.
Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak (Cahyono, 1995:145).
Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.
3. Penggabungan atau Pemajemukan
Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181).
Contoh:
  1. Sapu tangan
  2. Rumah sakit
4. Perubahan Intern
Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu  sendiri.
Contoh: dalam bahasa Inggris
Singular
Plural
Foot
Mouse
Feet
Mice
5. Suplisi
Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.
Contoh: dalam bahasa Inggris
Go              went
sing­­­­             sang
6. Modifikasi kosong
Modifikasi kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi konsepnya saja yang berubah.
Contoh: read- read-read
D. Proses Morfofonemik
Proses perubahan fonem sebuah morfem yang digunakan untuk mempermudah ucapan.
Contoh:
Perubahan prefiks meng-
-       meng  + asah = mengasah
-       meng + lihat = melihat
-       menga + datangkan = mendatangkan
-       meng + terjemah = menerjemahkan
-       meng + patuhi = mematuhi
E. Proses morfemis menurut Verhaar
  1. Afiksasi adalah pengimbuhan afiks
  2. Prefix adalah imbuhan di sebelah kiri bentuk dasar.
Contoh:  mengajar
  1. Sufiks adalah imbuhan di sebelah kanan bentuk dasar
Contoh: ajarkan
  1. Infiks adalah imbuhan yang disisipkan dalam kata dasar
Contoh: gerigi
  1. Konfiks adalah imbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar
Contoh: perceraian
  1. Fleksi adalah afiksasai yang terdiri atas golongan kata yang sama
Contoh: mengajar – diajar
3.  Derifasi adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama
Contoh: mengajar – pengajar
  1. Klitika adalah morfem pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan melekat pada kata atau frasa lain dan meiliki arti yang tidak mudah untuk dideskripsikan secara leksikal, serta tidak melekat pada kelas kata tertentu.
Contoh: -pun, -lah
sekalipun
apalah
F. Kata
1. Hakikat Kata
Para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu. Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia, misalnya: mengajar, di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima buah kata yang berbeda, melainkan varian dari sebuah kata yang sama. Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah lima kata yang berlainan.
Kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf  atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza).
Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana). Perhatikan kata-kata di bawah ini.
  1. Mobil
  2. Rumah
  3. Sepeda
  4. Ambil
  5. Dingin
  6. Kuliah.
Keenam kata yang kita ambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma, ninggib, haklab bukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.
2. Pembentukan Kata
Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan berikut ini.
1).  Inflektif
Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.
2).  Derifatif
Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.
Tabel 1
Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan
yang Mengandung Berbagai Arti
Kata Dasar
Pelaku
Proses
Hal/Tempat
Perbuatan
Hasil
Asuh
baca
bangun
buat
cetak
edar
potong
sapu
tulis
ukir
pengasuh
pembaca
pembangun
pembuat
pencetak
pengedar
pemotong
penyapu
penulis
pengukir
pengasuhan
pembacaan
pembangunan
pembuatan
pencetakan
pengedaran
pemotongan
penyapuan
penulisan
pengukiran
perbuatan
percetakan
peredaran
perpotongan
persapuan
mengasuh
membaca
membangun
membuat
mencetak
mengedar
memotong
menyapu
menulis
mengukir
Asuhan
bacaan
bangunan
buatan
cetakan
edaran
potongan
sapuan
tulisan
ukiran.
Dalam tabel 1 itu terlihat perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
I.G.N. Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah
Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press



Morphology – the internal structure of words
The term morphology is Greek and is a makeup of morph- meaning 'shape, form', and -ology which means 'the study of something'. The term is used not only in linguistics but also in biology as the scientific study of forms and structure of animals and plants, and in geology as the study of formation and evolution of rocks and land forms. We are going to stick to morphology in linguistics, as the scientific study of forms and structure of words in a language.[1] Morphology as a sub-discipline of linguistics was named for the first time in 1859 by the German linguist August Schleicher who used the term for the study of the form of words.[2] Today morphology forms a core part of linguistics.

What is a word? 

If morphology is the study of the internal structure of words, we need to define the word word before we can continue. That might sound easy - surely we all know what a word is. In texts they are particularly easy to spot since they are divided by white spaces. But how do we identify words in speech? A reliable definition of words is that they are the smallest independent units of language. They are independent in that they do not depend on other words which means that they can be separated from other units and can change position.[3] Consider the sentence: 
The man looked at the horses.
The plural ending –s in horses is dependent on the noun horse to receive meaning and can therefore not be a word. Horses however, is a word, as it can occur in other positions in the sentence or stand on its own:

The horses looked at the man. 
- What is the man looking at? - Horses.
Words are thus both independent since they can be separated from other words and move around in sentences, and the smallest units of language since they are the only units of language for which this is possible. 

Morphemes - the building blocks of morphology

Although words are the smallest independent units of language, they have an internal structure and are built up by even smaller pieces. There are simple words that don’t have an internal structure and only consist of one piece, like work. There is no way we can divide work (wo-rk?) into smaller parts that carry meaning or function. Complex words however, do have an internal structure and consist of two or more pieces. Consider worker, where the ending –er is added to the root work to make it into a noun meaning someone who works. These pieces are called morphemes and are the smallest meaning-bearing units of language.[4]    
We said that words are independent forms, and a simple word only consisting of one single morpheme is therefore a free morpheme, that is, it is a word itself. Examples are house, work, high, us and to. Morphemes that must be attached to another morpheme to receive meaning are bound morphemes. If we break the word unkindness into its three morphemes un-, kind and -ness, we get two examples of bound morphemes: un- and -ness, as they require the root kind to make up a word. These are also called affixes as they are attached to the stem. The affix un- that go to the front of a word is a prefix and -ness that goes to the end is a suffix.
There are also infixes and circumfixes, although they are not very common in English. We mostly see infixes as curse words integrated in morphemes like the ones you can see below[5], or like the example from the American sitcom you can see below. A circumfix is a morpheme that attaches to the front and the back of a word, as you can see in the examples of Dutch past tense below:
The graphic shows free and bound morphemes according to positions

Drawing Morphology Trees


In order to show the internal structure of a word, we draw morphology trees. The following video demonstrates how to draw a simple morphology tree and a complex morphology tree:  
Below are the completed morphology trees from the video:




For more information on drawing morphology trees go to How is Morphology studied?

The purposes of studying morphology
The internal structure of words and the segmentation into different kinds of morphemes is essential to the two basic purposes or morphology: 1. the creation of new words and 2. the modification of existing words.[6] Think about it, we create new words out of old ones all the time. Here you can read more about how word creation is studied. 

References
[1] Aronoff, M. and Fudeman, K., (Date unknown). What is Morphology? [pdf.] Oxford: Blackwell. Available at:<http://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chapter/
0631203184%5CAronoff_sample%20chapter_What%20is%20morphology.pdf.> [Accessed 23.05.2012 at 15.00].
[2] Booij, G. E., (2007). The Grammar of Words: An Introduction to Linguistic Morphology. 2nd edition. Oxford: Oxford University Press.
[3] Fasold, R. and Connor-Linton, J., (2006). An Introduction to Language and Linguistics. New York: Cambridge University Press.
[4] O'Grady, W., (1997). Contemporary Linguistics: An Introduction. London: Longman
[5] McGregor, W., (2009). Linguistics : An Introduction. London: Continuum International Publishing Group.
[6] Fasold, R. and Connor-Linton, J., (2006). An Introduction to Language and Linguistics. New York: Cambridge University Press.














Morphologycus Linguisticus

lunes, 9 de mayo de 2011

TYPES OF MORPHOLOGY


ROOTS, AFFIXES, STEMS AND BASES

ROOTS
A root is the irreducible core of a Word, with absolutely nothing else attached to it. It is the part that is always present, possibly with some modification, in the various manifestations of a lexeme. For example, walk is a root and it a appears in the set of word-forms that instantiate the lexeme WALK such as walk, walks, walking and walked.
The only situation where this is not true is when suppletion takes place. In that case, word-forms that represent the same morpheme do not share a common root morpheme. Thus, although both the word –forms good and better realise the lexeme GOOD, only good is phonetically similar to GOOD.

Many words contain a root standing on its own. Roots which are capable of standing independently are called free morphemes, for example:
Free morphemes

  • Man   book   tea    sweet   cook
  • Bet     very    aardvark    pain   walk


AFIXES
An affix is a morpheme which only occurs when attached to some other morpheme such as a root or stem or base. Obviously, by definition affixes are bound morphemes. No word  may contain only an affix standing on its own, like *-s or * -al or even a number of affixes strung  together like *-al-s.
There are three types of affixes. We will consider them in turn.

PREFIXES

A prefix  is an affix attached before  a root or stem or base like re-, un- and in-.

  • Re-make  un-kind in-decnt
  • Re-read un-tidy in-accurate


SUFFIXES

A suffix is an affix attached after a root (or stem base) like –ly, -er, ist, -s, -ing and –ed.

  • Kind-ly    wait-er   book-s   walk-ed     jump-ed
  • Quick-ly   play-er   mat-s  jump-ed


INFIXES
An infix is an affix inserted into the root itself. Infixes are very common in Semitic language like Arabic and Hebrew. But infixing is somewhere rare in English. Sloat and Taylor (1978) suggest that the only infix that occurs in English morphology is /-n-/ which is inserted  before the last consonant of the root in a few words of Latin origin, on what appears to be an arbitrary basis.
This infix undergoes place of articulation assimilation. Thus, the root –cub- meaning  “lie in, on or upon” occurs without [m] before the [b] in some words containing that root, e.g. incubate, incubus, concubine and succubus. But [m] is infixed before that same root in some other words like incumbent, succumb, and decumbent. This infix is a frozen historical relic from Latin.
In fact, infixation of sorts still happens in contemporary English.  Example.
a.    Kalamazu (places name)     → Kalama-goddam-zoo
Instantiate (verb)                  → in-fuckin-stantiate
b.    Kangaroo                                → kanga-bloody-roo
Impossible                              → in-fuckin-possible
Guarantee                              → guaran-friggin-tee
(Recall that the arrow → means “becomes” or is “re-written as”.)
As you can see, in present-day English infixation, not of an affix morpheme  but of  an entire word (which may have more than one morpheme, blood-y, fuck-ing) is actively used to form words. Curiously, this infixation is virtually restricted to inserting expletives into words in expressive language that one would probably not use in polite company. 

ROOTS, STEMS AND BASES
The stem is that part of a word that is in existence before any inflectional affixes (those affixes whose presence is required by the syntax such as markers of singular and plural number in nouns, tense in verbs, etc.) have been added. Inflection is discussed in section. For the moment a few examples should suffice.
Noun stem      Plural
Cat                     -s
Worker             -s
In the word-form cats, the plural inflectional suffix –s is attached to the simple stem cat, which is a bare root, the irreducible core of the word.

In workers the same inflectional  -s suffix comes after a slightly more complex stem consisting of the root work  plus the suffix -er which is used to the form nouns from verbs (with the meaning “someone who does the action designated by the verb (worker). Here work is the root, but worker is the stem to which -s is attached.

Finally  a base is any unit whatsoever to which affixes of any kind can be added. The affixes attached to a base may be inflectional affixes selected for syntactic reasons or derivational affixes which alter the meaning or grammatical category of the base. An unadorned root like boy can be a base since it can have attached to it inflectional affixes like -s to form the plural boys or derivational affixes like -ish to turn the noun boy into the adjective boyish. In other words, all roots are bases. Bases are called stems only in the context of inflectional morphology.

STEM EXTENDERS  
In the last chapter we saw that languages sometimes have word-building elements that are devoid of content. Such empty formatives are often referred to, somewhat inappropriately, as empty morphs.
In English empty formatives are interposed between the root, base or stem and an affix. For instance, while the irregular plural allomorph -en is attached directly to the stem ox to form ox-en, in the formation of chil-r-nen and breth-r-en it can only be added after the stem has been extended by attaching  -r- to child- and breth-. Hence, the name stem extender for this type of formative.
The use of stem extenders may not be entirely arbitrary. There may be a good historical reason for the use of particular stem extenders before certain affixes. To some extent, current word-formation rules reflect the history of the language.
The history of stem extender -r- is instructive. A small number of nouns in Old English formed their plural by adding –er. The word “child” was cild in the singular and cilder in the plural (a form that has survived in some conservative North of England dialects, and is spelled childer). But later, -en was added as an additional plural ending. Eventually -er lost its value as a marker of plural and it simply became a stem extender:
Singular                Plural         New Singular           Plural
Cild  “child”         cild-er        cilder                         cilder-en       


Tidak ada komentar:

Posting Komentar