MORFOLOGI
A. Pengertian Morfologi
Morfologi
adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan
logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah
bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan
makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang
bentuk.
Dalam
kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan
kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek
pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek
pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi.
Itulah
sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
makna (arti) dan kelas kata.
B. Morfem
1. Pengertian Morfem
Morfem
adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip
dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
Morfem
adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa
(Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan
gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam
satuan gramatik yang paling kecil.
Morfem, dapat juga dikatakan unsur
terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada
bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki
dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar
penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan
konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan
gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal.
Kata
memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut
mem-perbesar
per-besar
Jika
besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak
mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut
morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar,
dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain,
seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar
di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem
terikat mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.
2. Morf dan Alomorf
Morf
dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf
adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada
kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah
diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem ber-.
Atau bias dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi
yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain
alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi
setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah.
Contohnya, morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-,
dan menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada
bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk
men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/;
bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk
meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan
/g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku,
contohnya {menge}+{cat}= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari
morfem yang sama tersebut disebut alomorf.
3. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem
Untuk
mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai
pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan
morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut:
3.1
Prinsip pertama
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu
morfem.
membaca
kemanusiaan
Contoh:
baca
ke-an
pembaca
kecepatan
bacaan
kedutaan
membacakan
kedengaran
_
Karena
struktur fonologis dan
Satuan tersebut
walaupun
maknanya
sama, maka satuan
struktur fonologisnya sama,
tersebut
merupakan morfem
bukan merupak morfem
yang
sama.
yang sama
karena makna gramatikalnya berbeda.
3.2
Prinsip Kedua
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila
bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur
fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu
bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
Contoh:
mem
– :
membawa
meN-
men
–
: menulis
meny
–
: menyisir
meng
–
: menggambar
me-
: melempar
Perubahan
setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
3.3
Prinsip Ketiga
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak
dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem
apabila mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.
Perhatikan contoh berikut:
ber-
: berkarya, bertani, bercabang
bel-
: belajar, belunjur
be-
: bekerja, berteriak, beserta
Kedudukan
afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi
komplementer.
3.4
Prinsip Keempat
Apabila
dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka
kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
Misalnya:
- Rina membeli sepatu
- Rina menulis surat
- Rina membaca novel
- Rina menggulai ikan
- Rina makan pecal
- Rina minum susu
Semua
kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif
transitif. Lau pada kalimat a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut
ditandai oleh meN-, sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu
ditandai kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang
disebut morfem zero.
3.5
Prinsip Kelima
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem,
mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai
struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan
fonem yang berbeda.
Contoh:
- a. Jubiar membeli buku
b.
Buku itu sangat mahal
- a. Juniar membaca buku
b.
Juniar makan buku tebu
Satuan
buku pada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena
maknanya sama. Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem
yang sama karena maknanya berbeda.
3.6
Prinsip Keenam
Setiap
bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap
satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik
yang lebih kecil, adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada
berlari, ter- dan tinggi pada tertinggi tidak dapat
dipisahkan lagiatas satuan-satuan yang lebih kecil. oleh karena itu, ber-,
lari, ter, dan tinggi adalah morfem.
4.
Klasifikasi Morfem
4.1
Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem
ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Dikatakan morfem bebas
karena ia dapat berdiri sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat
berdiri sendiri.
Misalnya:
- Morfem bebas – “saya”, “buku”,
dsb.
- Morfem terikat – “ber-“,
“kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.
4.2
Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental
Morfem
segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental.
Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen
yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem
segmental. oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem
segmental.
Morfem
supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental.
Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:
- bapak
wartawan
bapak//wartawan
- ibu
guru
ibu//guru
4.3
Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
Morfem
yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem
yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah
mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika.
Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.
Morfem
yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-},
dan {se-}. morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian.
Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.
4.4
Morfem Utuh dan Morfem Terbelah
Morfem
utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung.
Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.
Morfem
terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem
itu terbelah oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian}
terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. contoh
lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf
/g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak
terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf
terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem
{gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.
4.5
Morfem Monofonemis dan Morfem Polifonemis
Morfem
monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa
Indonesia pada dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi atau
morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic.
Morfem
polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem.
Contoh, dalam bahasa Inggris morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa
Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu, sama’.
4.6
Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif
Morfem
aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. kata-kata yang mengalami
afiksasi, seperti yang terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata
yang terbentuk dari morfem aditif itu.
- mengaji
2. childhood
berbaju
houses
Morfem
replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris,
misalnya, terdapat morfem penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut} à
{fi:t}.
Morfem
substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan
terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam
bahasa Perancis.
C. Proses Morfologis
Proses
morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan
morfem yang satu dengan morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar
(Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu:
pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.
1. Pengafiksan
Bentuk
(atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau
imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada
suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks,
untuk membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:
- Berbaju
- Menemukan
- Ditemukan
- Jawaban.
Bila
dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas
pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks),
pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah
(konfiks).
2. Reduplikasi
Reduplikasi
adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik
disertai variasi fonem maupun tidak (Cahyono, 1995:145).
Contoh:
berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.
3. Penggabungan atau Pemajemukan
Proses
pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181).
Contoh:
- Sapu tangan
- Rumah sakit
4. Perubahan Intern
Perubahan
intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu
sendiri.
Contoh:
dalam bahasa Inggris
|
Singular
|
Plural
|
|
Foot
Mouse
|
Feet
Mice
|
5. Suplisi
Suplisi
adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.
Contoh:
dalam bahasa Inggris
Go
went
sing
sang
6. Modifikasi kosong
Modifikasi
kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya
tetapi konsepnya saja yang berubah.
Contoh:
read- read-read
D. Proses Morfofonemik
Proses
perubahan fonem sebuah morfem yang digunakan untuk mempermudah ucapan.
Contoh:
Perubahan
prefiks meng-
-
meng + asah = mengasah
-
meng + lihat = melihat
-
menga + datangkan = mendatangkan
-
meng + terjemah = menerjemahkan
-
meng + patuhi = mematuhi
E. Proses morfemis menurut Verhaar
- Afiksasi adalah pengimbuhan
afiks
- Prefix adalah imbuhan di
sebelah kiri bentuk dasar.
Contoh:
mengajar
- Sufiks
adalah imbuhan di sebelah kanan bentuk dasar
Contoh:
ajarkan
- Infiks
adalah imbuhan yang disisipkan dalam kata dasar
Contoh:
gerigi
- Konfiks
adalah imbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar
Contoh:
perceraian
- Fleksi adalah afiksasai yang
terdiri atas golongan kata yang sama
Contoh:
mengajar – diajar
3.
Derifasi adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama
Contoh:
mengajar – pengajar
- Klitika
adalah morfem pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan melekat
pada kata atau frasa lain dan meiliki arti yang tidak mudah untuk dideskripsikan
secara leksikal, serta tidak melekat pada kelas kata tertentu.
Contoh:
-pun, -lah
sekalipun
apalah
F. Kata
1.
Hakikat Kata
Para
linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya
tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut
dengan kata itu. Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata
sebagai satuan gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa
Indonesia, misalnya: mengajar, di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah
lima buah kata yang berbeda, melainkan varian dari sebuah kata yang sama.
Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah lima
kata yang berlainan.
Kata
adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai
makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita
akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza).
Kata
ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan
terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana).
Perhatikan kata-kata di bawah ini.
- Mobil
- Rumah
- Sepeda
- Ambil
- Dingin
- Kuliah.
Keenam
kata yang kita ambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata
mempunyai makna. Kita pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes,
libma, ninggib, haklab bukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak
mempunyai makna.
Dari
segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang
bermofem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang
bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata
dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata
berimbuhan. Perhatikan perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di
bawah ini.
2.
Pembentukan Kata
Pembentukan
kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan
kedua yang bersifat derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif
akan dibicarakan berikut ini.
1).
Inflektif
Kata-kata
dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa
sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu
bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.
2).
Derifatif
Pembentukan
kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas
leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia
dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas nomina dibentuk
menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba
dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.
Tabel
1
Perubahan
Kata Dasar Menjadi Kata Turunan
yang
Mengandung Berbagai Arti
|
Kata
Dasar
|
Pelaku
|
Proses
|
Hal/Tempat
|
Perbuatan
|
Hasil
|
|
Asuh
baca
bangun
buat
cetak
edar
potong
sapu
tulis
ukir
|
pengasuh
pembaca
pembangun
pembuat
pencetak
pengedar
pemotong
penyapu
penulis
pengukir
|
pengasuhan
pembacaan
pembangunan
pembuatan
pencetakan
pengedaran
pemotongan
penyapuan
penulisan
pengukiran
|
perbuatan
percetakan
peredaran
perpotongan
persapuan
|
mengasuh
membaca
membangun
membuat
mencetak
mengedar
memotong
menyapu
menulis
mengukir
|
Asuhan
bacaan
bangunan
buatan
cetakan
edaran
potongan
sapuan
tulisan
ukiran.
|
Dalam
tabel 1 itu terlihat perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk,
juga mengubah makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis
atau kelas kata.
Daftar Pustaka
Alwi,
Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Finoza,
Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
I.G.N.
Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud
Keraf,
Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah
Verharr,
J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Morphology – the internal
structure of words
|
The term morphology is
Greek and is a makeup of morph- meaning 'shape, form', and -ology which
means 'the study of something'. The term is used not only in linguistics but
also in biology as the scientific study of forms and structure of animals and
plants, and in geology as the study of formation and evolution of rocks and
land forms. We are going to stick to morphology in linguistics, as the
scientific study of forms and structure of words in a language.[1] Morphology as
a sub-discipline of linguistics was named for the first time in 1859 by the
German linguist August Schleicher who used the term for the study of the form
of words.[2] Today morphology forms a core part of linguistics.
What
is a word?
If morphology is the study of the
internal structure of words, we need to define the word word before
we can continue. That might sound easy - surely we all know
what a word is. In texts they are particularly easy to spot since they are
divided by white spaces. But how do we identify words in speech? A reliable
definition of words is that they are the smallest
independent units of language. They are independent in that they do not
depend on other words which means that they can be separated from other units
and can change position.[3] Consider the
sentence:
The man looked at the horses.
The plural ending –s in horses is
dependent on the noun horse to receive meaning and can
therefore not be a word. Horses however, is a word, as it
can occur in other positions in the sentence or stand on its own:
The horses looked at the man. - What is the man looking at? - Horses.
Words are thus both independent since
they can be separated from other words and move around in sentences, and the
smallest units of language since they are the only units of language for
which this is possible.
Morphemes
- the building blocks of morphology
Although words are the smallest independent units
of language, they have an internal structure and are built up by even smaller
pieces. There are simple words that don’t have an internal
structure and only consist of one piece, like work. There is
no way we can divide work (wo-rk?) into smaller parts that carry meaning or
function. Complex words however, do have an internal
structure and consist of two or more pieces. Consider worker, where
the ending –er is added to the root work to
make it into a noun meaning someone who works. These pieces
are called morphemes and are the smallest meaning-bearing units
of language.[4]
We said that words are independent
forms, and a simple word only consisting of one single morpheme is therefore
a free morpheme, that is, it is a word itself. Examples
are house, work, high, us and to. Morphemes that must be
attached to another morpheme to receive meaning are bound morphemes.
If we break the word unkindness into its three
morphemes un-, kind and -ness, we get two
examples of bound morphemes: un- and -ness, as they require the root kind to
make up a word. These are also called affixes as they are
attached to the stem. The affix un- that go to the front of a word is a prefix and
-ness that goes to the end is a suffix.
There are also infixes and circumfixes,
although they are not very common in English. We mostly see infixes as curse
words integrated in morphemes like the ones you can see below[5],
or like the example from the American sitcom you can see below. A circumfix
is a morpheme that attaches to the front and the back of a
word, as you can see in the examples of Dutch past tense below:
The graphic shows free and bound
morphemes according to positions
Drawing
Morphology Trees
In order to show the internal structure of a word, we draw morphology trees. The following video demonstrates how to draw a simple morphology tree and a complex morphology tree: |
Below
are the completed morphology trees from the video:
The purposes of studying morphology
The internal structure of words and the segmentation into different kinds of morphemes is essential to the two basic purposes or morphology: 1. the creation of new words and 2. the modification of existing words.[6] Think about it, we create new words out of old ones all the time. Here you can read more about how word creation is studied.
References
[1]
Aronoff, M. and Fudeman, K., (Date unknown). What is Morphology? [pdf.]
Oxford: Blackwell. Available
at:<http://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chapter/
0631203184%5CAronoff_sample%20chapter_What%20is%20morphology.pdf.>
[Accessed 23.05.2012 at 15.00].
[2] Booij, G. E., (2007). The Grammar of Words: An Introduction to
Linguistic Morphology. 2nd edition. Oxford: Oxford University Press.
[3] Fasold, R. and Connor-Linton, J., (2006). An Introduction to Language
and Linguistics. New York: Cambridge University Press.
[4] O'Grady, W., (1997). Contemporary Linguistics: An Introduction.
London: Longman
[5] McGregor, W., (2009). Linguistics : An Introduction. London:
Continuum International Publishing Group.
[6] Fasold, R. and Connor-Linton, J., (2006). An Introduction to Language
and Linguistics. New York: Cambridge University Press.
Morphologycus
Linguisticus
lunes, 9 de mayo de 2011
TYPES OF MORPHOLOGY
ROOTS, AFFIXES, STEMS AND
BASES
ROOTS
A root is the irreducible
core of a Word, with absolutely nothing else attached to it. It is the part
that is always present, possibly with some modification, in the various
manifestations of a lexeme. For example, walk is a root and it a appears
in the set of word-forms that instantiate the lexeme WALK such as walk, walks,
walking and walked.
The only situation where
this is not true is when suppletion takes place. In that case, word-forms that
represent the same morpheme do not share a common root morpheme. Thus, although
both the word –forms good and better realise the lexeme GOOD,
only good is phonetically similar to GOOD.
Many words contain a root
standing on its own. Roots which are capable of standing independently are
called free morphemes, for example:
Free morphemes
- Man
book tea sweet cook
- Bet
very aardvark pain walk
AFIXES
An affix is a morpheme
which only occurs when attached to some other morpheme such as a root or stem
or base. Obviously, by definition affixes are bound morphemes. No word
may contain only an affix standing on its own, like *-s or * -al or even a
number of affixes strung together like *-al-s.
There are three types of
affixes. We will consider them in turn.
PREFIXES
A prefix is an
affix attached before a root or stem or base like re-, un- and
in-.
- Re-make un-kind
in-decnt
- Re-read un-tidy
in-accurate
SUFFIXES
A suffix is an affix
attached after a root (or stem base) like –ly, -er, ist, -s, -ing
and –ed.
- Kind-ly
wait-er book-s walk-ed
jump-ed
- Quick-ly
play-er mat-s jump-ed
INFIXES
An infix is an affix
inserted into the root itself. Infixes are very common in Semitic language like
Arabic and Hebrew. But infixing is somewhere rare in English. Sloat and Taylor
(1978) suggest that the only infix that occurs in English morphology is /-n-/
which is inserted before the last consonant of the root in a few words of
Latin origin, on what appears to be an arbitrary basis.
This infix undergoes place
of articulation assimilation. Thus, the root –cub- meaning “lie in, on or
upon” occurs without [m] before the [b] in some words containing that root,
e.g. incubate, incubus, concubine and succubus. But [m] is infixed before that
same root in some other words like incumbent, succumb, and decumbent.
This infix is a frozen historical relic from Latin.
In fact, infixation of
sorts still happens in contemporary English. Example.
a. Kalamazu (places
name) → Kalama-goddam-zoo
Instantiate
(verb)
→ in-fuckin-stantiate
b. Kangaroo
→ kanga-bloody-roo
Impossible
→ in-fuckin-possible
Guarantee
→ guaran-friggin-tee
(Recall that the arrow →
means “becomes” or is “re-written as”.)
As you can see, in
present-day English infixation, not of an affix morpheme but of an
entire word (which may have more than one morpheme, blood-y, fuck-ing)
is actively used to form words. Curiously, this infixation is virtually
restricted to inserting expletives into words in expressive language that one
would probably not use in polite company.
ROOTS, STEMS AND BASES
The stem is that part of a
word that is in existence before any inflectional affixes (those affixes
whose presence is required by the syntax such as markers of singular and plural
number in nouns, tense in verbs, etc.) have been added. Inflection is discussed
in section. For the moment a few examples should suffice.
Noun stem Plural
Cat
-s
Worker
-s
In the word-form cats, the
plural inflectional suffix –s is attached to the simple stem cat, which is a
bare root, the irreducible core of the word.
In workers the same
inflectional -s suffix comes after a slightly more complex stem
consisting of the root work plus the suffix -er which is
used to the form nouns from verbs (with the meaning “someone who does the
action designated by the verb (worker). Here work is the root, but worker
is the stem to which -s is attached.
Finally a base is
any unit whatsoever to which affixes of any kind can be added. The affixes
attached to a base may be inflectional affixes selected for syntactic
reasons or derivational affixes which alter the meaning or grammatical
category of the base. An unadorned root like boy can be a base since it
can have attached to it inflectional affixes like -s to form the plural boys
or derivational affixes like -ish to turn the noun boy into the
adjective boyish. In other words, all roots are bases. Bases
are called stems only in the context of inflectional morphology.
STEM EXTENDERS
In the last chapter we saw
that languages sometimes have word-building elements that are devoid of
content. Such empty formatives are often referred to, somewhat inappropriately,
as empty morphs.
In English empty formatives
are interposed between the root, base or stem and an affix. For instance, while
the irregular plural allomorph -en is attached directly to the stem ox
to form ox-en, in the formation of chil-r-nen and
breth-r-en it can only be added after the stem has been extended by
attaching -r- to child- and breth-.
Hence, the name stem extender for this type of formative.
The use of stem extenders
may not be entirely arbitrary. There may be a good historical reason for the
use of particular stem extenders before certain affixes. To some extent,
current word-formation rules reflect the history of the language.
The history of stem
extender -r- is instructive. A small number of nouns in Old
English formed their plural by adding –er. The word “child” was
cild in the singular and cilder in the plural (a form that has
survived in some conservative North of England dialects, and is spelled childer).
But later, -en was added as an additional plural ending. Eventually -er
lost its value as a marker of plural and it simply became a stem extender:
Singular
Plural New Singular
Plural
Cild
“child”
cild-er
cilder
cilder-en
Tidak ada komentar:
Posting Komentar